Artikel: Letkol Mochammad Sroedji sebagai
Pahlawan Nasional (dicantumkan dalam lomba artikel PWI Jember)
Senopati dari daratan
besuki
Memekikkan senandung
perjuangan
Menggelora dalam jiwa
bala tentaranya
Darah semangat pejuang
mengalir deras
Melunturkan nyali sang Rahwana
Sesosok pria tergambarkan
dalam sebuah monumen patung yang berdiri tegap dengan gagah berani
bersenjatakan samurai yang melekat dalam tubuhnya. Di depan kantor pemkab
jember ia berdiri menjulang tinggi. Tidak setiap orang tahu siapa gerangan pria
yang digambarkan dalam patung tersebut. Namun namanya tidak asing lagi bagi
masyarakat Jember karena banyak digunakan sebagai nama jalan di daerah
Jawa-Timur. Bahkan nama ini menjadi identitas perguruan tinggi swasta di
Jember. Orang yang menjadi sang pahlawan karesidenan besuki. Dicintai dan
dibanggakan karena perjuangannya yang luhur,tulus ikhlas mengabdi untuk tanah
air. Dialah sang patriot, Letkol Mochammad Sroedji. Sudah selayaknya Letkol
Moch.Sroedji disahkan sebagai pahlawan nasional. Mengapa bisa demikian?, Dengan
menyimak rekam jejak perjuangannya maka akan tersajikan bukti bahwa ia layak
disejajarkan dengan pahlawan nasional lainnya.
Letkol Moch
Sroedji seorang tokoh pahlawan legendaris putra jawa timur lahir di Bangkalan
Madura, 1 Februari 1915. Putra dari Bapak H.Hasan dan Ibu Hj.Amni. Sejatinya,
Moch. Sroedji menempuh pendidikan di HIS (Hollands Indische School) dan
Ambactsleergang, sekolah kejuruan di bidang pertukangan di Kediri. Beliau
memulai karir menjadi pegawai jawatan kesehatan sebagai mantri malaria di RS.Kreongan
Jember. Moch. Sroedji mulai menapaki dunia militer sejak tahun 1943 dengan mengikuti pendidikan tentara pembela
tanah air (PETA) angkatan 1 di Bogor. Sejak saat itu dia selalu terlibat dalam
urusan pertahanan dan keamanan bahkan disaat BKR (Badan Keamanan Rakyat)
berubah menjadi TKR (Tentara Keamanan Rakyat), Moch. Sroedji ditunjuk menjabat
sebagai Komandan Batalyon I Resimen IV Divisi II di Kencong Jember.
September 1945,
Indonesia yang baru merdeka membaca sinyal kedatangan sekutu untuk menguasai
wilayah bekas jajahan jepang. Hal itu terbukti terjadi, sekutu yang memenangkan
perang dunia II membawa belanda untuk masuk kembali di wilayah indonesia.
Menjadikan Indonesia sebagai mesin uang negeri kincir angin tersebut. Tentunya
dengan jalan yang sama yakni membangun dinasti pemerintahan koloni untuk
mengeruk kekayaan alam Indonesia. Indonesia yang baru seumur jagung merdeka
dengan sekuat daya menyelamatkan wilayahnya dengan jalan diplomasi maupun
perlawanan seadanya. Perlawanan militer yang dilakukan Indonesia juga melibatkan
Moch. Sroedji yang dipercaya untuk memimpin pertempuran di Sidoarjo sebagai
komandan sektor sayap tengah melawan pasukan inggris dan kroninya. Karena
kegigihan dan semangatnya yang tinggi, Moch Sroedji mampu membakar semangat
pasukannya sehingga meraih kemenangan dalam beberapa kali pertempuran. Karena
jasanya itulah ia diangkat menjadi Letnan Kolonel. Jika ditinjau dari syarat khusus kriteria pahlawan nasional
dinyatakan bahwa seorang pahlawan adalah WNI yang melakukan perjuangan senjata
maupun perjuangan politik untuk mempertahankan kemerdekaan dan tidak pernah menyerah pada musuh dalam
perjuangan. Hal ini tentu melekat pada Letkol Moch. Sroedji yang memiliki
integritas tinggi dalam memperjuangkan kemerdekaan dan berjuang sampai titik
darah penghabisan. Beliau juga tidak pernah sekalipun menyerah pada lawannya.
Karirnya
sebagai pejuang tinggi tidak berhenti sampai disitu, Letkol Moch. Sroedji
pernah menjabat sebagai Komandan Resimen Infantri 39 Menak Koncar dan juga merangkap
sebagai Komandan Divisi VII Surapati di Lumajang. Bahkan dalam peristiwa
penumpasan pemberontakan PKI Madiun 1948 beliau bertugas sebagai Kepala Staf
Gabungan Angkatan Perang (SGAP) di wilayah Blitar. Kemudian sang patriot itu dilantik
sebagai Komandan Brigade III Divisi Damarwoelan yang membawahi karesidenan
besuki pada bulan april 1948. Ini merupakan jabatan terakhir yang diterimanya
sebelum ia gugur. Keahlian Letkol Moch. Sroedji dalam mengatur strategi perang
banyak merepotkan pasukan belanda yang berniat mengambil alih kekuasaan wilayah
jember . Tidak heran, jika Belanda mengadakan sayembara menangkap Moch. Sroedji hidup atau mati
dengan dibandrol harga 10.000 gulden. Membuat belanda harus merogoh koceknya
sebesar itu hanya untuk 1 nyawa tentu orang ini sangat luar biasa hebatnya.
Seorang
pahlawan selalu memiliki keberanian, gagasan cemerlang serta mampu menghidupkan
semangat perjuangan pasukannya. Hal tersebut juga terdapat dalam diri seorang
Letkol Moch. Sroedji sebagai pimpinan perang. Perjanjian Renville tanggal 18
Desember 1947 menuai buntut panjang yang menyebabkan wilayah Indonesia semakin
menyempit. Tentara Indonesia harus mengosongkan daerah dengan batas yang sudah
ditentukan oleh Van Mook. Tak terkecuali
dengan Resimen 40 Damarwoelan dibawah pimpinan Letkol Sroedji beserta
masyarakat yang juga ikut berpindah. Akhirnya mereka mengungsi di Blitar selama
kurang lebih 3 bulan. Seiring waktu berjalan, perbekalan konsumsi menipis dan akhirnya
Letkol Moch. Sroedji menanggung beban konsumsi pasukan dan rakyat yang ikut
serta. Sosok seperti letkol Moch. sroedji yang penuh wibawa dan ringan tangan
memang patut dijadikan contoh kriteria pemimpin yang ideal.
Manusia hebat
lahir dari adanya dukungan orang-orang disekitarnya. Begitu juga dengan
perjuangan Letkol Moch. Sroedji yang tidak lepas dari peran orang-orang di
sekitarnya untuk turut mendukung dan membantu perjuangannya. Salah satu diantaranya
adalah Hj Mas Roro Roekmini. Seorang wanita kuat dan tangguh yang dipinang
Letkol Moch. Sroedji di tahun 1939. Ibu Rukmini begitulah ia biasa dipanggil
adalah wanita yang sangat mendukung pejuangan suaminya sebagai pejuang yang
selalu dikejar-kejar belanda layaknya buronan. Dia tetap setia menunggu
suaminya dan membesarkan ke-4 anaknya yang masih balita ketika Letkol Moch. Sroedji
harus pergi berperang. Ibu Rukmini hanya bisa bersyukur bahagia ketika
mendengar kabar Letkol Moch. Sroedji masih menjadi buronan belanda, dengan
begitu maka ia yakin suaminya masih hidup. Figur teladan seorang istri yang
sanggup untuk tetap mendukung perjuangan suaminya meskipun ia harus membesarkan
buah hatinya sendirian dan menahan rasa rindu yang teramat dalam. Pantaslah ia
sangat dicintai Letkol Sroedji karena kecantikan hati serta parasnya yang
anggun.
Seseorang lainnya
yang setia mendampingi Letkol Sroedji dalam perjuangannya adalah dr. Soebandi. Ditugaskan
sebagai resimen militer besuki sekaligus perwira kesultanan. Pejuang sekaligus
dokter medan perang. Sahabat yang berjuang bersama-sama, hingga keduanya gugur
di waktu yang hampir bersamaan bagaikan pasangan yang tak terpisahkan. Nama
Dokter Soebandi diabadikan sebagai nama Rumah Sakit Daerah Jember. Di akhir
tahun 1948 Belanda telah menduduki wilayah Jember dan sekitarnya, Brigade III
Divisi Damarwoelan Divisi I TNI Jawa Timur dibawah komando Letkol Moch. Sroedji
melakukan aksi perlawanan atau yang disebut wingate action. dr.Soebandi yang
kala itu menjabat sebagai kepala staf resimen ikut dalam rombongan Letkol
Sroedji beserta pasukannya. Mereka menempuh medan panjang dari
Lumajang-Klakah-Jember-Banyuwangi. Aksi tersebut berlangsung selama 51 hari. Tanggal
8 Februari 1949 merupakan puncak pertempuran yang terjadi di Desa Karang
Kedawung-Mumbulsari Jember. Kala itu Letkol Sroedji tertembak dada kirinya. Dr
Soebandi yang mengetahui sahabatnya terluka langsung merayap melalui parit.
Membopong Letkol Sroedji yang terluka parah namun tentara belanda yang mengetahui
hal itu menembakkan berondongan peluru ke tubuh dr. Soebandi hingga ia akhirnya
gugur.
Letkol Moch.
Sroedji langsung balik menyerang pasukan belanda saat mengetahui sahabatnya
gugur meskipun tengah terluka parah. Terkena hujan peluru pasukan Belanda, sang
Patriot itu gugur dengan meninggalkan segenap pengabdiannya sebagai pejuang
kemerdekaan. Pasukan belanda riang gembira menyaksikan musuh bebuyutannya
terjubur lemah. Sebagai tanda kemenangan, tentara Belanda menyiksa tubuh Letkol
Moch. Sroedji yang sudah tidak bernyawa dengan menyeretnya dengan truk
pengangkut pasukan. Jenazah Letkol
Sroedji diletakkan begitu saja di meja yang berada di depan pelataran mushola
yang kemudian dimakamkan di desa kreongan atas permintaan kyai dachnan seorang
pemimpin mushola di kreongan. Ribuan orang memadati areal pemakaman demi
memberikan penghormatan terakhir bagi sang pahlawan. Tuntas sudah perjuangan
Letkol Moch. Sroedji meskipun gugur dalam pertempuran namun setidaknya
cita-cita moch sroedji untuk membebaskan tanah air dari imperium penjajah
terwujud setelah ia gugur. Perjanjian KMB menjadi awal titik terang bagi indonesia menemukan kembali
jalan kemerdekaannya. Dengan demikian, sudah selayaknya Letkol Sroedji
mendapatkan gelar kepahlawanan nasional. Dedikasi perjuangannya hanya untuk
negara, rela berkorban demi keutuhan wilayah indonesia. Mengacu pada UU Nomor
20 tahun 2009, salah satu syarat umum seseorang dinobatkan sebagai pahlawan
nasional yakni melakukan pengabdian dan perjuangan yang berlangsung hampir
sepanjang hidup dan melebihi tugas yang diembannya. Bukankah Letkol Moch.
Sroedji adalah orang yang mengedepankan kepentingan negara daripada nyawa dan
keluarganya sendiri. Sebagian dari hidupnya beliau habiskan untuk bergerilya,
melakukan perlawanan dan aksi heroik
untuk sebuah kedaulatan negara.
Moch Sroedji
adalah salah satu contoh dari ribuan pejuang kemerdekaan yang telah gugur
sebagai kusuma bangsa. Ketika di zaman sekarang ini sangat sulit untuk
menemukan orang yang benar-benar mengabdikan diri untuk negara seperti Letkol
Moch. Sroedji. Para birokrat sebagai pemimpin yang seharusnya menjadi teladan
namun realitanya banyak yang terjerat kasus korupsi dan tindak kejahatan. Hal
ini karena mereka mengukur pengadiannya dengan materi. “Seberapa besar saya
dibayar, seberapa besar kekayaan yang akan saya dapatkan”. Selayaknya mereka berpikir bahwa para pejuang
kemerdekaan tidak pernah meminta balas jasa meskipun nyawa menjadi taruhannya. Para
pejuang tersebut hanya mempunyai segelumit harapan yang sudah ratusan tahun
lamanya mereka nantikan yakni “Merdeka”, terbebas dari belenggu bangsa asing.
Mungkin setelah gugur, mereka akan istirahat dengan tenang meskipun tak lagi
dikenang. Namun mereka wafat dengan rasa bangga memberikan apa yang bisa mereka
pertahankan untuk bumi pertiwi. Mereka hanya berharap suatu saat negeri ini
menjadi tempat penghidupan yang aman bagi anak cucu bangsa agar bisa menikmati
hidup lebih baik dari mereka. Tumbuh dan berkembang menjadi generasi penerus
cerdas, mampu membawa bangsa ini menuju arah kemajuan.
Tetesan darah sucimu
Akan selalu terpatri dalam jiwa raga kami
Tersenyumlah dengan riang
Kami disini akan meneruskan cita’’ muliamu
Mengisi kemerdekaan yang engkau perjuangkan
Merajut sayap-sayap garuda yang telah patah
Menggaungkan kembali negeri Indonesia
Berbekal Semangat Perjuangan 45
Yang kau haturkan di medan pertempuran
Terimakasih telah berjuang untuk kami
-Salam Anak Cucu Bangsa