Bermimpi
jadi penulis?. Ya tentu saja aku ingin menjadi penulis novel fiksi yang sukses
menginspirasi jutaan manusia di muka bumi ini. Kondisi Indonesia saat ini masih
dilanda krisis buku-buku novel fiksi yang mendidik. Selama ini Novel yang
banyak beredar dimasyarakat lebih menekankan pada unsur cerita cinta yang
banyak digandrungi remaja tanpa memandang fungsi dan peran media sesungguhnya yaitu untuk
menyuguhkan informasi aktual dan mendidik .
Tapi
apa bisa? Apakah tulisanku seindah
rangkaian kata novel Asma Nadia yang layak diterbitkan . Atau mungkin
seinspiratif cerita Habiburrahman El Shirazy.
Pasti masih terpaut jauh. Memikirkannya saja sudah membuat lemas dan
tidak percaya diri. Namun setidaknya
aku masih memiliki segenggam semangat yang selalu tertanam kuat di dalam hati
kecil. Suatu saat nanti pasti novelku
akan terbit . Bukan sekedar mimpi atau halusinasi. Entah bagaimana caranya aku akan berusaha
untuk menerbitkan novel orisinil karanganku sendiri.
Salah satu usahanya melalui kompetisi yang
diadakan penerbit Rasibook. Penerbit Rasibook menerima kiriman naskah tanpa proses seleksi yang panjang seperti penerbit mayor lainnya jadi sistemnya adalah self publishing (penerbit indie).Selama naskah bermanfaat dan tidak mengandung unsur SARA maka akan diterbitkan dengan harga yang murah tapi komisinya lumayan besar sekitar 15% dari penjualan. Setiap naskah yang ditampilkan akan tampil di website rasibook. Dan akan dijual melalui akun sosial media, penyedia aplikasi buku, dan seluruh toko buku di Indonesia. Jadi kemungkinan buku terjual semakin tinggi. Sebuah kesempatan emas diberikan Penerbit Rasibook untuk menerbitkan naskahnya melalui kontes menulis artikel secara gratisss. Berharap semoga keberuntungan berpihak dan dapat diberikan kesempatan emas
ini oleh CV Rasi Terbit. Sebagai langkah awal menapaki karir menjadi seorang penulis. Sampai saat ini saya telah membuat dua naskah
cerita namun belum terpublikasikan karena rata-rata membutuhkan modal yang
tidak sedikit. Dan apa daya saya adalah seorang mahasiswa yang belum produktif
untuk menghasilkan uang sendiri kesimpulannya masih meminta dana dari orang
tua. Inti dalam tulisan ini hanya ingin
mengulas sedikit cerita bagaimana akhirnya berhasil menemukan passion menulis
yang sangat sukar ditemukan .
<<_^^_>>
Lama sudah ku mencari. Apa
yang hendak kulakukan. Segala titik kujelajahi. Tiada satupun ku mengerti.
Tersesat kah aku di samudra hidup. Inikah jalanku. Inikah takdirku. Biarkan ku
mengikuti Suara dalam hati .Yang selalu
membunyikan cinta. Kupercaya dan kuyakini murninya nurani menjadi penunjuk
jalanku lentera jiwaku. (Nugie-Lentera Jiwa)
Lagu
yang mewakili situasi hidupku kala SMA, kondisi dimana aku tak mengenal siapa
sebenarnya jati diriku yang sesungguhnya. Aku telah mencari dan mencari namun
hasilnya nihil. Segala bidang telah kucoba. Di bidang pendidikan aku kalah
saing . Bidang seni, hasil karya lukisanku ketika ujian praktik sekolah menyerupai
gambaran anak tk. Bermain musik tidak bisa. Nari pun badan terasa kaku. Di olahraga,
Setiap kali praktek lari di kelas aku selalu di urutan juru kunci. Apa sebenarnya bakatku? Apa aku tidak
memiliki kemampuan?.
Satu
hal yang diketahui menjadi kelebihanku bahwa aku adalah seorang pejuang tangguh
dan pantang kenal menyerah. Suatu saat pasti menemukan apa yang menjadi kelebihanku
sesungguhnya biarpun terlambat menemukannya dibanding teman-teman yang sudah
lebih dulu menyelami bakatnya. Ya mungkin itu adalah sisi positif yang
mengekang segala persepsi negatif yang terus membayangi jiwa.
Kata-kata
Mario teguh terus terngiang dan menjadi sumber penyemangat. "Engkau
yang muda dan sedang mencari jati diri, dengarlah ini … Jati dirimu tak bisa
kau temukan dalam lamunan, tapi dalam kegiatan yang dinamis di masyarakat. Meskipun
engkau mungkin sedang tersiksa dalam perasaan bersalah karena kemalasanmu, rasa
malas bukanlah jati dirimu.Kesejatian jiwamu itu kuat dan terhormat.Jika engkau
tidak kuat, rasa malas itu telah lama menjadikanmu lapuk dan tak berguna. Tapi
jiwamu melawan, dan membuatmu merasa bersalah, agar engkau menguatkan diri
melawan rasa yang telah menggagalkan banyak jiwa hebat yang sangat berbakat
sebelummu.Kesejatianmu sesungguhnya mampu untuk tetap belajar dan bekerja keras
walau pun sebetulnya rasa malas sedang merampok hatimu.Rasa malas dan kerja
keras adalah dua hal yang berbeda.Dan karena engkau jiwa yang sejatinya kuat,
engkau akan tetap mampu belajar dan bekerja keras di dalam rasa malas atau
dalam perasaan apa pun.Sesungguhnya engkau jiwa yang hebat.Kalau tidak,
mengapakah engkau merasa galau dalam perasaan bahwa seharusnya engkau bisa
menjadi lebih besar?. Hatimu galau, karena ia tak suka engkau tak menjadi sehebat
engkau yang seharusnya. Engkau jiwa yang hebat.
Sampai
suatu saat aku mengikuti kontes penulisan artikel pendek 100 kata dan berhasil
menyabet juara 3. Hal itulah yang menyadarkanku untuk menekuni dunia
tulis-menulis. Mungkin inilah bakat yang selama ini aku cari walaupun terkadang masih diliputi rasa
kegalauan. Apa benar aku punya kemampuan bagus dalam menulis?. Meskipun ragu tapi fillingku mengatakan sastra
adalah duniaku. Semenjak SMA aku mulai aktif mengirimkan karya tulis ilmiah dan
essay meskipun belum pernah menjadi juara utama tapi aku merasa bangga dan
senang menulis. Satu hal yang membuatku termotivasi adalah nilai pelajaran Bahasa
Indonesia yang selalu di atas angka 9. Aku yakin diriku terdapat dalam dunia
pena. Aku akan mendalaminya dan terus berjuang untuk membuat karya yang indah .
<<_^^_>>
Sebenarnya
mengembangkan bakat tidaklah sesulit mencari bakat terpendam yang ada di dalam
diri. Beragam tanda tanya muncul dan
mengerucut kepada satu pesoalan yakni jati diri. Manusia diciptakan Tuhan
dengan diberi segenap kelebihan berupa kemampuan khusus. Tidak ada manusia yang
terlahir di muka bumi ini tanpa memiliki kemampuan. Namun kebanyakan kemampuan
itu tidaklah disadari. Sehingga Individu merasa lemah, rendah diri dan
menganggap dirinya “tidak pintar”.
Dengan
demikian hendaknya setiap insan manusia memaksimalkan potensi yang ada didalam
dirinya dengan cara mengetahui bakat dan minat (passion). Jika individu bisa
mengembangkan potensinya dan kelak bekerja berdasarkan bidang yang disukai
secara otomatis dia tidak akan merasa bosan dengan pekerjaannya karena didasari
oleh rasa cinta dan semangat. Namun untuk mengetahui passion haruslah bisa
mengenali diri sendiri karena Tanpa tahu siapa diri kita yang sesungguhnya maka
akan sangat sulit untuk mengidentifikasi potensi diri. Itulah mengapa manusia harus terus berusaha
menggali dan menemukannya.
<<_^^_>>